23 Dec 2011

Catatan 2 : Sahabat Putih Biru



Beberapa waktu yang lalu saat ba’da maghrib tepatnya secara tidak disangka-sangka sahabat lamaku menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke rumahku. Sahabat semasa sekolah menengah pertama dulu. Sosoknya masih saja sederhana dan tidak banyak perubahan pada dirinya. Disertai dengan sepeda motor matic bekas, dia datang ke rumahku. Wajar saja saat ini dia masih saja sederhana karena memang dirinya berasal dari keluarga sederhana asli pencampuran Sunda-Betawi yang telah sejak lama tinggal di Jakarta.

Dulu kami selama dua tahun berada pada kelas yang sama. Kami berdua pun menjadi akrab sewaktu masa putih biru itu. Sehingga tanpa sungkan lagi dia langsung bercerita banyak tentang diri dan kondisinya saat ini kepadaku. Saat ini dia bekerja sebagai pelatih pada sebuah lembaga pengajaran robotic. Sebelum bekerja di sana, dirinya bekerja pada perusahaan outsoursing PT Pertamina. Dia memutuskan untuk beralih pekerjaan karena pada pekerjaan yang lama tidak memungkinkan bagi dirinya untuk kuliah. Alhamdulillah pada pekerjaan yang baru ini, dia dapat menyesuaikan jadwal antara kerja dan kuliah. Alhasil saat ini dia tercatat sebagai mahasiswa jurusan tekmik informatika pada salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Biaya selama berkuliah dia dapatkan dari hasil bekerja. Selain mampu untuk membiayai kuliahnya sendiri, dia pun sanggup untuk membantu kedua orang tuanya dalam membiayai hidup dan biaya sekolah untuk adik laki-lakinya yang saat ini sudah memasuki sekolah menengah pertama. Oya, sejak setelah sekolah menengah atas dulu, sahabatku itu ingin sekali untuk melanjutkan studi nya ke perguruan tinggi negeri. Namun apa daya kondisi keuangan keluarga pada waktu itu yang tidak memungkinkan baginya untuk dapat kuliah. Pada saat ini, dirinya telah mampu membuat kedua orang tuanya bangga. Bangga kepada anaknya yang mampu untuk berkuliah dan membantu perekonomian keluarga dari hasil jerih payah sendiri.

Satu hal yang tidak ku duga sebelumnya, sahabatku itu pun bercerita tentang hal yang menurutku sangat pribadi. Cerita tentang seorang perempuan berkerudung yang telah dikenalnya kurang lebih satu tahun lamanya. Perkenalan sahabatku dengan perempuan itu pada awalnya melalui jejaring social facebook. Secara tidak sengaja sang perempuan menambahkan facebook sahabatku sebagai teman pada facebooknya. Komunikasi pun dimulai sejak saat itu.

Sang perempuan sebaya dengan sahabatku dan saat itu tercatat sebagai mahasiswi yang sedang menempuh studi sarjananya pada salah satu perguruan tinggi swasta terkenal di Jakarta. Dia tengah menyusun tugas akhirnya. Perbincangan mereka berdua pun pada awalnya hanya sebatas tugas akhir sang perempuan. Sang perempuan memohon pertolongan kepada sahabatku untuk membantu menyelesaikan tugas akhirnya. Gayung pun bersambut dan sahabatku dengan senang hati membantunya.

Sehingga lambat laun perbincangan semakin intensif baik itu melalui facebook, sms maupun telepon. Bahkan tidak tanggung-tanggung lagi, sahabatku rela menyempatkan diri di sela-sela kesibukkan kuliah dan bekerja untuk membantu tugas akhirnya secara langsung ketika sang perempuan memintanya untuk bertemu. Dari kebaikan hati sahabatku itu, ternyata semakin lama jauh dalam lubuk hati sang perempuan tumbuh perasaan suka dan kagum akan sosok sahabatku itu. Sang perempuan tengah dilanda asmara dan jatuh hati kepadanya. Seakan-akan tidak mampu untuk menolak perasaannya, sahabatku itu pun menaruh perasaan yang sama pada sosok perempuan itu. Dan akhirnya mereka pun mengikrarkan hubungan melalui pacaran.. Bersambung…..

4 Nov 2011

Catatan 1

        Orang-orang pintar di setiap umat sepakat bahwa kenikmatan itu tidak bisa didapat dengan kenikmatan pula. Siapa yang mementingkan kesenangan maka ia akan kehilangan kesenangan. Siapa yang berani menentang badai dan menghadapi rintangan, ia akan memperoleh kegembiraan dan kenikmatan. Tidak ada kegembiraan bagi orang yang tidak memiliki kesabaran. Tidak ada kenikmatan bagi orang yang tidak pernah mengalami penderitaan. Dan tidak ada kenyamanan bagi orang yang tidak pernah mengalami kesusahan. Bahkan hanya dengan mengalami kesusahan sebentar saja, seseorang dijanjikan mendapat kesenangan cukup lama. Hanya dengan tabah menanggung beratnya kesabaran beberapa lama, ia akan mampu mengendalikan hidup ini untuk selamanya. Orang-orang yang mendapatkan kenikmatan yang kekal adalah karena mereka mau bersabar beberapa lama. Di tangan Allah-lah letak pertolongan. Dan tidak ada daya serta kekuatan sama sekali tanpa pertolonganNya.

(Ibnul Qayyim Al-Jauziah)





27 Oct 2011

di depan gerbang Damaskus : part 2

Ini dia nih lanjutan dari cerita nya Syekh Ahmad... Yuk sama-sama disimak..






Seykh Ahmad berhenti sejenak, mengeringkan peluh yang menetes dari keningnya. Beliau melanjutkan ucapannya. “Kita juga sudah melihat bagaimana perilaku para ulama dan kelompok-kelompok yang ada; tenggelam dalam persaingan, perseteruan dan perdebatan sengit yang tidak membawa mafaat sedikit pun kecuali hanya untuk meraih kemenangan semu dari lawan-lawannya masing-masing.”

“Apakah yang dimaksud oleh Syekh adalah orang-orang upahan dan kaki tangan Zionis, para pengkhianat yang berusaha merusak popularitas Syekh? Bukankah hukuman yang pantas bagi mereka adalah dipotong kedua tangannya sebagai balasan dari perbuatannya?”
Syekh Ibnu Taimiyah hanya tersenyum mendengar ucapan itu dan berkata menanggapi, “Bukan. Bukan itu yang maksud saya. Saya tidak berbicara tentang masalah pribadi tetapi tentang sikap umum yang diperlihatkan kaum muslimin.”

Syekh Ibnu Taimiyah lalu menghentikan pembicaraannya. Sebelum bangkit dari tempat duduknya, beliau berkata, “Apakah rakyat Damaskus masih berusaha lari meninggalkan negeri mereka?”
“Bagaimana tidak, wahai Syekh, sedangkan para wakil pemerintahan sendiri beserta para tokoh pembesar juga telah kabur meninggalkan negeri dan rakyatnya?”

Mendengar berita ini, Syekh Ahmad bin Taimiyah mencium bahaya lebih besar yan mungkin terjadi. Kini, sebagai raja tanpa mahkota –karena ilmu, keberanian, kepercayaan dan harapan rakyat yang digantungkan padanya- dialah yang bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang terjadi di negeri ini.

Oleh karena itu, dia harus melakukan sesuatu agar arus kelemahan ini segera berhenti. Dia harus menyeru manusia agar tetap teguh dan siap menghadapi kematian demi mempertahankan agama, negeri dan kehormatan mereka di hadapan pasukan Tartar yang telah menjajah mereka 30 tahun silam.
Syekh Ahmad menoleh ke arah sahabat-sahabatnya lalu berkata, “Saya ingin seseorang di antara kalian menyeru rakyat di tengah kota.”

“Kami telah siap melakukan tapi kalimat apa yang harus kami sampaikan kepada mereka?”
“Katakanlah, ‘Wahai rakyat negeri Damaskus, jangan tinggalkan negeri kalian tanpa perencanaan yang matang!’”

“Ya Syekh, apakah Anda yakin seruan ini mampu menahan mereka agar tidak lari meninggalkan tanah air mereka?”

“Kita akan membuat beberapa alternatif terbaik. Para penjaga yang mengelilingi kota ini akan siaga dengan seruan ini. Saya sendiri akan turun ke jalan-jalan, pasar dan masjid-masjid untuk menyeru mereka agar siap berjihad, rela syahid demi mempertahankan akidah dan tanah air mereka.”
Seorang di antara mereka segera bangkit untuk menunaikan perintah Syekh Ahmad.

Dengan perasaan lega, Syekh Ahmad berkata, “Kita tinggal menanti kedatangan pasukan dari Mesir di Damaskus ini. Apabila mereka tiba, dapat dipastikan kemenangan itu akan segera kita raih dengan seizing Allah!”

“Peperangan ini juga membutuhkan kesabaran, wahai Syekh. Kita harus bersabar sampai pasukan Sultan Nashir tiba di sini.”

“Kesabaran apa yang engkau maksud? Pasukan Tartar menyerang kita secepat kilat, bergerak sangat cepat menerabas musuh-musuh mereka. Kita tidak boleh bergerak seperti kura-kura. Kita harus menyatukan kekuatan.”

Pada saat itu juga, saudara Syekh Ahmad, Syarfudin, masuk dengan tergesa-gesa dan wajah penuh emosi, “Se…seorang utusan baru saja tiba dari Mesir.”
“Dimana dia sekarang?’


*hehe penasaran? masih ada lanjutan nya di postingan selanjutnya dalam "di depan gerbang Damaskus : last part".. Tungguin yaa..

26 Apr 2011

aku mencintaimu karena Allah ??


Hai kawan, ada sebuah cerita bagus dan penuh makna nih dari cuplikan buku Jalan Cinta Para Pejuang- nya Salim A. Fillah. Ceritanya tentang cinta lho.. Nih ceritanya kaya ginii. Yuk sama-sama disimak…

Ada sebuah kisah cantik yang dikutip oleh Syaikh ‘Abdullah Nashih ‘Ulwan dalam Taujih Ruhiyah-nya. Kisah menarik ini, atau yang semakna dengannya juga termaktub dalam karya agung Ibnul Qayyim Al Jauziyah yang khusus membahas para pecinta dan pemendam rindu, Raudhatul Muhibbin.

Ini kisah tentang seorang gadis yang sebegitu cantiknya. Dialah sang bunga di sebuah kota yang harumnya semerbak hingga negeri-negeri tetangga. Tak banyak yang pernah melihat wajahnya, sedikit yang pernah mendengar suaranya dan bisa dihitung dengan jari orang yang pernah berurusan dengannya. Dia seorang pemilik kecantikan yang terjaga bagaikan bidadari di taman surga.

Sebagaimana wajarnya, sang gadis juga memendam cinta. Cinta itu tumbuh, anehnya, kepada seorang pemuda yang belum pernah dilihatnya, belum pernah dia dengar suaranya dan belum pernah tergambar wujudnya dalam benak. Hanya karena kabar. Hanya karena cerita yang beredar. Bahwa sang pemuda ini tampan bagai Nabi Yusuf zaman ini. Bahwa akhlaknya suci. Bahwa ilmunya tinggi. Bahwa keshalihannya membuat iri. Bahwa ketaqwaannya telah berulangkali teruji. Namanya kerap muncul dalam pembicaraan dan doa para ibu yang merindukan menantu.

Gadis pujaan itu telah kasmaran sejak didengarnya sang bibi berkisah tentang pemuda idaman. Tetapi begitulah, cinta itu terpisah oleh jarak, terkekang oleh waktu, tersekat oleh rasa asing dan ragu. Hingga hari itu pun tiba. Sang pemuda berkunjung ke kota si gadis untuk sebuah urusan. Dan cinta sang gadis tak lagi bisa menunggu. Ia telah terbakar rindu pada sosok yang bayangannya mengisi ruang hati. Meski tak pasti adakah benar yang ia bayangkan tentang matanya, tentang alisnya, tentang lesung pipinya,tentang ketegapannya, tentang semuanya. Meski tak pasti apakah cintanya bersambut sama.

Maka ditulisnya surat itu, memohon bertemu.

Dan ia mendapat jawaban. “Ya”, katanya.

Akhirnya mereka bertemu di satu tempat yang disepakati. Berdua saja. Awal-awal tak ada kata. Tapi bayangan masing-masing telah merasuk jauh menembus mata, menghadirkan rasa tak karuan dalam dada. 

Dan sang gadis yang mendapati bahwa apa yang ia bayangkan tak seberapa dibanding aslinya; kesantunannya, kelembutan suaranya, kegagahan sikapnya,. Ia berkeringat dingin. Tapi diberanikannya berbicara, karena demikianlah kebiasaan yang ada pada keluarganya.

“Maha Suci Allah”, kata si gadis sambil sekilas kembali memandang, “Yang telah menganugerahi engkau wajah yang begitu tampan.”

Sang pemuda tersenyum. Ia menundukkan wajahnya. “Andai saja kau lihat aku”,  katanya, “Sesudah tiga hari dikuburkan. Ketika cacing berpesta membusukkannya. Ketika ulat-ulat bersarang di mata. Ketika hancur wajah menjadi busuk bernanah. Anugerah ini begitu sementara. Janganlah kau tertipu olehnya.”

“Betapa inginnya aku”, kata si gadis, “Meletakkan jemariku dalam genggaman tanganmu.”
Sang pemuda berkeringat dingin mendengarnya. Ia menjawab sambil tetap menunduk memejamkan mata. “Tak kurang inginnya aku berbuat lebih dari itu. Tetapi coba bayangkan, kulit kita adalah api neraka; yang satu bagi yang lainnya. Tak berhak saling disentuhkan. Karena di akhirat kelak hanya akan menjadi rasa sakit dan penyesalan yang tak berkesudahan.”

Si gadis ikut tertunduk. “Tapi tahukah engkau”, katanya melanjutkan, “Telah lama aku dilanda rindu, takut dan sedih. Telah lama aku merindukan saat aku bisa meletakkan kepalaku di dadamu yang berdegub. Agar berkurang beban-beban. Agar Allah menghapus kesempitan dan kesusahan.”
“Jangan lakukan itu kecuali dengan haknya”, kata si pemuda. “Sungguh kawan-kawan akrab pada hari kiamat satu sama lain akan menjadi seteru. Kecuali mereka yang bertaqwa.”

Kita cukupkan sampai di sini sang kisah. Mari kita dengar komentar Syaikh ‘Abdullah Nashih ‘Ulwan tentangnya. “Apa yang kita pelajari dari kisah ini?”, demikian beliau bertanya. “Sebuah kisah yang indah. Sarat dengan ‘ibrah dan pelajaran. Kita lihat bahwa sang pemuda demikian fasih membimbing si gadis untuk menghayati kesucian dan ketaqwaan kepada Allah.”

“Tapi”, kata beliau memberi catatan. “Dalam kisah indah ini kita tanpa sadar melupakan satu hal. Bahwa sang pemuda dan gadis melakukan pelanggaran syari’at. bahwa sang pemuda mencampuradukkan kebenaran dan kebathilan. Bahwa ia meniupkan nafas da’wah dalam atmosfer yang ternoda. Dan dampaknya bisa kita lihat dalam kisah; sang gadis sama sekali tak mengindahkan da’wahnya. Bahkan ia makin berani dalam kata-kata; mengajukan permintaan-permintaan yang makin meninggi tingkat bahayanya dalam pandangan syari’at Allah.”

Ya. Dia sama sekali tak memperhatikan isi kalimat da’wah sang pemuda. Buktinya, kalimatnya makin berani dan menimbulkan syahwat dalam hati. Mula-mula hanya mengagumi wajah. Lalu membayangkan tangan bergandengan, jemarinya menyatu bertautan. Kemudian membayangkan berbaring dalam pelukan. Subhanallah, bagaimana jika percakapan diteruskan tanpa batas waktu?
“Kesalahan itu”, kata Syaikh ‘Abdullah Nashih ‘Ulwan memungkasi, “Telah terjadi sejak awal.” Apa itu? “Mereka berkhalwat! Mereka tak mengindahkan peringatan syari’at dan Pesan Sang Nabi tentang hal yang satu ini.”

*Astagfirullah, sebegitu halusnya syaithan menggoda manusia. Teringat tausiyah dari salah seorang ikhwan “Akhi, hati-hati dalam pengingatan antum kepada akhwat. Karena rawan digunakan syaithan untuk melenakan iman kita. Jika antum mencintainya karena Allah dan antum percaya bahwa Allah akan memberikan jodoh yang terbaik untuk antum, maka dalam kekhawatiran antum, berdoalah kepada Allah untuk menjaganya. Semakin antum mencintainya karena Allah, maka semakin antum menitipkannya kepada Allah. Tetapi jika cara penjagaan dan pengingatan antum langsung ke sang akhwat, antum perlu menanyakan kepada diri antum, cinta yang diridhoi-Nya atau ternyata itu semua hanyanlah nafsu belaka.” Wallahualam bisshowab.. mudah-mudahan dapat menjadi pelajaran berharga penuh manfaat untuk kita semua..

8 Apr 2011

for women : Berjilbab? Siapa takutt....


Di suatu waktu ada diskusi menarik dalam sebuah acara sarasehan yang diadakan oleh FPISB Universitas Islam Indonesia. Sarasehan itu bertajuk jilbab syar’i, yang bertujuan mencari masukan dan gagasan dalam perumusan ketentuan busana muslimah bagi mahasiswi-mahasiswinya. 

Dalam diskusi itu, tersebut lah nama dua orang narasumber, Salim A. Fillah dan seorang dosen dari internal fakultas. Salim A. Fillah dikenal sebagai penulis muda berbakat yang pandai memadupadankan dalil dengan kisah dan norma dengan hikmah dalam seni sastra yang indah. Sedangkan sosok dosen dari internal fakultas itu adalah seorang ibu yang rendah hati, psikolog lulusan perguruan tinggi terkemuka di AS.
Dalam sarasehan itu, sang ibu dosen rendah hati tersebut menyampaikan pengalamannya dalam berbusana muslimah dan tantangannya –baik di Indonesia dahulu maupun di Barat kini- serta berbagai nuansa jilbab yang ditemuinya di beberapa Negara yang pernah dikunjungi.

Acara sarasehan itu kian menarik tatkala terjadi diskusi antara narasumber dengan para audiens. Terlebih ketika ada seorang penanya yang sangat serius bertanya disertai dengan kitab –Lubaabun Nuqul fii Asbaabin Nuzuul- karya Imam As-Suyuthi. Pertanyaan canggih pun terlontar dari dirinya. “Kalau kita baca latar belakang turunnya Surat Al Ahzab 59, maka kita akan menemukan konteksnya. Dan saya kira pemahaman akan konteks, akan membuat kita lebih jernih dalam mengimplementasikan ayat ini”.

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al Ahzab : 59)

“Pada waktu itu”, lanjut kata si penanya, “ Ada seorang muslimah yang diganggu oleh beberapa pemuda. Maka dia mengadu kepada Rasulullah hingga beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam pun memanggil mereka. Ketika ditanya mengapa mengganggu, mereka menjawab bahwa muslimah itu tidak menunjukkan cirri muslimah, tak dikenali entah merdeka atau budak. Maka turunlah ayat ini yang konteksnya adalah identitas dan perlindungan. Jadi intinya bukan jilbabnya, tetapi agar ia tidak diganggu. Nah, di masa sekarang ketika para muslimah tidak diganggu, masih relevankah jilbab?”.

Sungguh sebuah tanya yang tak dinyana. Pada saat itu, sang Ibu narasumber kita menjadi emosional menjawabnya. Yah, memang demikian adanya, karena kalimat yang dibawakan si penanya itu terlalu dalam perih menggores hati seorang muslimah yang memperjuangkan jilbabnya ketika hampir semua wanita tiarap terhadap tindakan represif penguasa di tahun 80-an hingga 90-an.

Setelah beberapa waktu, akhirnya Salim A. Fillah diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan itu. Beliau berpendapat, pertanyaan itu tidak sekedar soal tetapi menyertakan paradigma fiqh liberal. Dalam kasus penanya tersebut, beliau menyampaikan bahwa, pertama, kaidah fiqh-nya mengatakan “Hukum diambil dari keumuman lafazh, bukan kekhususan sebab”. Jadi kalau lafazh umumnya menyeru para istri Nabi, putrid-putrinya dan wanita-wanita mukmin untuk berjilbab, maka demikianlah hukumnya.

Yang kedua, bahwa para ‘ulama kita membedakan antara ‘illat (alasan hukum) dengan hikmah dalam suatu hukum. ‘Illat wajibnya jilbab adalah adanya ayat yang tadi dibacakan. Sedangkan hikmahnya, di antaranya disebutkan yaitu agar lebih mudah dikenal sehingga tidak diganggu. Hilangnya hikmah tidak meniadakan hukum, karena hukum bertalian dengan ‘illat, bukan dengan hikmah.

Yang ketiga, beliau menyampaikan bahwa sampai sekarang pun hikmahnya tidak hilang; ada perasaan lebih aman pada para wanita muslimah ketika memakai jilbab. Ketika mereka menyempurnakan perintah Allah dalam jilbab, Allah pun melindungi mereka dari berbagai gangguan. Demikian pemaparan jawaban dari Salim A. Fillah. Jawaban yang dirasa mengena terhadap pertanyaan yang terlontar.

*diceritakan kembali dari buku "Jalan Cinta Para Pejuang" nya Salim A. Fillah. Mudah-mudahan cerita tersebut akan menambah keyakinan untuk para muslimah yang sudah berjilbab syar'i dan mengispirasi para muslimah lain yang belum berjilbab untuk segera berjilbab syar'i.

31 Mar 2011

di depan gerbang Damaskus



Syekh Ahmad tampak sedang galau. Wajahnya murung, matanya merah, tidak peduli dengan orang-orang yang duduk di sekelilingnya. Suasana sunyi senyap. Mereka yang hadir di tempat itu merasakan suasana yang sangat mencekam, berselimut duka mendalam. Syekh Ahmad menarik nafas panjang. Kelopak matanya basah dengan air mata.


Terbayang kembali jejak-jejak masa lalunya yang kelam dipenuhi dengan darah dan air mata. Setiap detail dari peristiwa pahit yang terjadi saat itu masih melekat kuat dalam memorinya, tercetak dengan huruf besar dan warna yang sangat mencolok.


Beliau kembali mengenang peristiwa yang terjadi lebih dari tiga puluh tahun silam, saat beliau masih kecil. Pasukan tartar kala itu menyerang bagai angin taufan pemusnah dari timur, menghancurkan apa saja yang dilaluinya. Tidak ada satu kota dan perkampungan pun yang mereka lewati kecuali menjelma menjadi lautan api dan darah. Darah menganak sungai, jalan memerah darah. Mereka bahkan mampu membangun piramida besar dari jutaan kerangka tubuh manusia yang mereka sembelih.


Syekh Ahmad mengenang ayahnya, ibu dan anggota keluarganya yang lain, bersama dengan jutaan kaum muslimin meninggalkan negeri mereka untuk menghindari aroma kematian yang ditebar pasukan tartar yang bengis dan tidak mengenal arti kemanusiaan. Lari dari cengkeraman kematian demi mempertahankan nyawa mereka.


Beliau masih ingat dengan baik saat-saat pengungsian itu, beliau yang masih polos melontarkan pertanyaan ini kepada bundanya, “Mengapa kita harus meninggalkan kampung halaman kita, Bunda?”.
Namun, pertanyaan itu tidak terjawab selain oleh teriakan ketakutan yang menggema di sana-sini dan tatapan kepanikan yang demikian jelas menyelimuti wajah para pengungsi. Beliau tidak mendengar kecuali sebuah kata yang menciptakan ketakutan dan kepanikan luar biasa di tengah mereka, membawa kematian, darah dan kebinasahan: “Pasukan Tartar…! Tartar….! Tartar….!


Syekh Ahmad lalu menghapus butiran air mata yang mengalir pada kelopak matanya. Bagaimana mungkin beliau tidak merasa sedih? Tragedi yang terjadi sejak tiga puluh tahun silam, kini seakan bangkit kembali ketika seorang Fazan –panglima pasukan tartar- dengan balatentaranya siap merobohkan gerbang kota Damaskus, bagai serigala lapar dengan air liur yang terus menetes, siap menerkam mangsanya. Penduduk akhirnya meninggalkan negeri tersebut.


Namun, di tengah bayangan kelam itu, tiba-tiba terbesit secercah harapan. Wajah Syekh Ahmad yang sedari tadi diselimuti kesedihan dan kegalauan, tampak mulai berseri walau beliau tetap menyembunyikan senyum kegembiraan itu.


Tidaklah pantas seorang Syekh mengecap sekeping kebahagiaan dalam hatinya saat beliau mengingat berita yang santer terdengar dari para musafir bahwa Sultan Nashir dengan pasukannya sedang dalam perjalanan menuju Syam untuk membebaskan mereka dari cengkeraman bangsa tartar. Sultan Nashir bersama pasukannya kini menjadi harapan utama yang membangkitkan semangat bangsa Arab dan kaum muslimin yang menanti keselamatan dan kemenangan dari tangan mereka


Perasaan lega kini tampak pada wajah Syekh Ahmad Taqiyuddin bin Taimiyah. Dengan suara jelas penuh percaya diri, beliau berkata, “Tahukah kalian, masalah besar apa yang menghantui kita saat ini?”
Pandangan mata semua orang yang hadir dalam majelis itu, kini berfokus pada diri Syekh Ibnu Taimiyah, sembari berusaha menebak maksud ucapan beliau yang biasanya disertai dengan gagasan actual yang tidak terduga.


“Menurut saya, masalah utama yang menimpa kita saat ini berasal dari manusia-manusia buas yang sedang mengepung kita di luar kota, mengendap bagi ular berbisa menjijikan yang siap menghisap darah kita.”
Jawaban dari salah satu hadirin hanya membuat Syekh Izzudin menggeleng kepala. “Bukan. Bukan mereka yang saya maksud, wahai saudaraku.”


“Kalau begitu, apa maksud Anda, wahai Syekh?”


“Maksud saya bahwa perpecahan kita adalah awal dari segala petaka dan sumber kekalahan.”
Syekh Ibnu Taimiyah diam sejenak, lalu dengan nada sedih beliau berkata, “Coba perhatikan! Kaum muslimin sekarang terpecah dalam pemerintahan-pemerintahan local yang berdiri sendiri. Adanya perbedaan madzhab dan system politik telah merobek persatuan bangsa Arab. Dan, jangan lupa pertarungan besar sedang berlangsung saat ini antara para penguasa dan pemimpin agar mereka dapat mencapai tampuk kekuasaan tertinggi walaupun dengan cara-cara yang curang. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh apabila pasukan Salibis berhasil menaklukan beberapa wilayah Syam.”


Seykh Ahmad berhenti sejenak, mengeringkan peluh yang menetes dari keningnya. Beliau melanjutkan ucapannya.......


*tungguin ucapan selanjutnya dari Syekh Ahmad yaa... Insya Allah ada di post selanjutnya...

20 Jan 2011

"munajat cinta untukmu orangtua ku"

Ya Allah,
Rendahkanlah suaraku bagi mereka,
Perindahlah ucapanku di depan mereka.
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan
Lembutkanlah hatiku untuk mereka.


Ya Allah,
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya
Atas didikan mereka padaku dan
Pahala yang besar
Atas kesayangan yang mereka limpahkan padaku,
Peliharalah mereka
Sebagaimana mereka memeliharaku.


Ya Allah,
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan,
atau kesusahan yang mereka derita karena aku,
atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku,
jadikanlah itu semua
Penyebab rontoknya dosa-dosa mereka,
Meningginya kedudukan mereka dan
Bertambahnya pahala kebaikan mereka dengan
perkenan-Mu, ya Allah
sebab hanya Engkaulah
yang berhak membalas kejahatan dengan kebaikan
berlipat ganda.


Ya Allah,
Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
Izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku.
Tetapi jika magfirah-Mu lebih dahulu mencapai diriku,
Maka izinkahlah aku memberi syafa'at untuk mereka,
sehingga kami semua berkumpul
Bersama dengan santunan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu,
ampunan-Mu serta rahmat-Mu.
Sesungguhnya Engkaulah
yang memiliki Karunia Maha Agung,
serta anugerah yang tak berakhir dan
Engkaulah yang Maha Pengasih Diantara semua pengasih.



*NN

Attention : Lowongan Kerja...

LOWONGAN DISEDIAKAN UNTUK 2 POSISI :
A. Penghuni Surga
B. Penghuni Neraka

SYARAT-SYARAT PELAMAR:
- Tidak diperlukan ijazah
- Tidak diperlukan koneksi atau uang sogok.
- Tidak perlu bawa harta
- Tidak perlu berwajah cantik, ganteng, berbadan tegap atau seksi.
- Cukup membawa dokumen asli dari ibadah dan amal karya Anda sendiri.

WAKTU WAWANCARA :
-Wawancara tahap 1, dilakukan 7 langkah setelah pelayat terakhir
meninggalkan kuburan Anda. Sabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya bila
jenazah seseorang diletakkan di dalam kubur,maka jenazah itu
mendengar suara sandal orang2 yang mengantarnya ke kuburan pada saat
mereka meninggalkan tempat itu (Hadist Hasan yang diriwayatkan oleh
Ahmad Hanbal). Perlu diketahui jadwal wawancara Anda ini sudah
ditentukan sejak roh ditiupkan ke tubuh Anda semasa dalam kandungan
ibu.

-Wawancara tahap 2 : Waktunya ditentukan oleh OWNER

LOKASI DAN LAMA WAWANCARA
Wawancara tahap I, dilakukan di dalam kubur (alam barzakh) selama
beberapa menit hingga ribuan tahun tergantung posisi yang
dilamarnya. Wawancara tahap II, dilakukan pada hari penghisaban
(hari perhitungan) selama beberapa hari hingga ribuan tahun
tergantung posisi yang dilamarnya. Dalam salah satu haditsnya
Rasulullah pernah bersabda bahwa jarak waktu masa pengadilan antara
orang-orang kaya dan orang-orang miskin adalah 500 tahun.
Berbahagialah Anda yang miskin selama di dunia, yang memiliki
sedikit harta untuk diminta pertanggungjawabann ya (karena sebutir
nasi yang Anda buang akan diminta pertanggungjawabann ya).

PEWAWANCARA:
Wawancara tahap I, dilakukan oleh Malaikat Mungkar dan Nakir.
Wawancara tahap II, dilakukan langsung oleh sang OWNER

WAWANCARA HANYA BERISI 6 PERTANYAAN :
1. Siapa Tuhanmu ?
2. Apa agamamu ?
3. Siapa nabimu?
4. Apa kitabmu?
5. Dimana kiblatmu ?
6. Siapa saudaramu?

Sungguh 6 pertanyaan yang sangat mudah, tapi sayangnya tidak bisa
dihapal dari sekarang karena keimanan dan amal kitalah yang akan
menjawabnya.

CARA MELAMAR:
Sekali lagi, ini benar-benar rekrutmen yang sangat istimewa, tidak
perlu melamar, siapa saja dijamin diterima, bahkan untuk melamarpun
Anda akan dijemput secara khusus. Dijemput oleh makhluk sekaliber
malaikat yang bernama Izroil. Ia akan menjemput anda kapan dan
dimana saja (bisa jadi sebentar lagi).

BENARKAH LOWONGAN INI ?
Simaklah hadits dibawah ini, sesungguhnya terlalu banyak rahasia
alam ini yang tidak mampu kita ketahui,apalagi mengenai akhirat.
Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya aku mampu melihat apa yang
tak sanggup kalian lihat. Kudengar suara gesekan di langit(berkriut-
kriut), langit sedemikian padatnya,tak ada tempat kosong bahkan
seluas empat jari sekalipun krn langit dipenuhi para malaikat yang
sedang bersujud kepada Allah SWT. Demi Allah ! Sekiranya kalian
mengetahui apa yang
aku ketahui tentang akhirat), niscaya kalian tidak akan pernah
tertawa sedikitpun, bahkan kalian pasti akan banyak menangis (karena
takut).Dan niscaya kalian tidak akan pernah bisa bersenang-senang
dengan istri-istri kalian, dan niscaya kalian akan keluar
berhamburan ke jalan-jalan (berteriak) untuk memohon (ampun) dan
memanjatkan doa
kepada Allah (meminta perlindungan dari bencana akhirat) yang akan
Dia timpakan" ( HR Tirmidzi & Al-Bukhari).

Sementara jutaan Mala ikat dengan penuh rasa takut dan hormat sedang
bersujud kepada Allah, dan Mala ikat peniup Sangkakala sudah siap di
depan trompetnya sejak alam ini diciptakan, sementara itu pula masih
banyak diantara kita yang masih terlena dengan dunia ini dan
bergelimang dalam alam pikirannya sendiri. Tidak sadar ia bahwa
dirinya sedang masuk dalam program penerimaan lowongan yang ada di
akhirat.

UNTUK POSISI A (PENGHUNI SORGA) DISEDIAKAN FASILITAS DAN KOMPENSASI
SBB :
Sebelum kandidat diberi fasilitas final berupa Surga yang kekal
abadi, kandidat dijamin akan memperoleh training outdoor dan indoor,
berupa :
1. Nikmat kubur.
2. Jaminan perlindungan di PadangMahsyar.
3. Keselamatan meniti Sirath-al mustaqim.

Syurga memiliki berbagai kenikmatan yang tidak dapat dibandingkan
dengan kenikmatan dunia. Rasulullah bersabda, "Demi Allah, dunia ini
dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut;
air yang tersisa di jarinya ketika diangkat itulah nilai dunia" (HR
Muslim).
Nikmat yang lebih indah dari syurga adalah 'merasakan' ridha Allah
dan kesempatan merasakan 'wajah' Allah, inilah puncak segala
kenikmatan, inilah kenikmatan yang tak mampu dibayangkan
manusia,yaitu keindahan menikmati sifat-sifat dan kalam murni Allah
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

UNTUK POSISI B (PENGHUNI NERAKA) DISEDIAKAN FASILITAS DAN KOMPENSASI
SBB :
Kandidat dipastikan mendapat berbagai fasilitas Neraka berupa alam
terbuka dengan fasilitas pemanas ruangan yang bertemperatur sangat
luar biasa panasnya. Bahkan bila sebutir pasir neraka dijatuhkan ke
muka bumi maka mengeringlah seluruh samudera di muka bumi ini dan
mendidihlah kutub es yang ada di muka bumi ini. Bahkan bila
seseorang dikeluarkan dari dalamnya sekejab kemudian dipindahkan ke
tumpukan api
unggun yang menyala-nyala di muka bumi ini maka iapun akan merasa
lega. Neraka sangat luas, jadi para pelamar posisi ini tidak perlu
khawatir tidak kebagian tempat. Parapelamar posisi ini juga tak
perlu khawatir segeramati kalau dibakar, karena tubuh kita akan
dibuat sedemikian rupa hingga mampu memuai kalau dibakar (seperti
kerupuk
bila digoreng).
Rasulullah SAW bersabda, "Di neraka gigi seorang kafir akan (memuai)
hingga sebesar gunung Uhud, dan (tebal) kulitnya membentang sejauh
tiga hari perjalanan" (diriwayatkan oleh Abu Hurairah, HR Muslim).
Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda,"Neraka dipegang oleh
tujuh puluh ribu tali, dan setiap talinya di pegang oleh tujuhpuluh
ribu malaikat"(HR Muslim).

Rasulullah saw bersabda, "Allah mempunyai malaikat yang jarak antara
kedua belah matanya adalah sepanjang seratus tahun perjalanan" (Abu
Daud, Ibn Hanbal).

Oh, ya. Fasilitas ini juga meliputi makanan gratis yang mampu
membakar isi perut, minuman yang mampu membocorkan usus serta
fasilitas kolam renang gratis yang berisi nanah dan darah. Beberapa
pembantu gratis juga disiapkan untuk menyayat lidah orang-orang yang
suka menyakiti hati orang lain, maupun menyeterika perut orang-orang
yang tidak membayar zakat. Selain fasilitas tersebut, para kandidat
akan melewati masa training yang lamanya mencapai ribuan
tahun,yaitu :

1. Training indoor didalam kubur berupa siksa kubur dan 'hidup'
dalam kesengsaraan ditemani ular dan makhluk aneh lainnya serta
wajah-wajah buruk selama bertahun-tahun hingga ribuan tahun di alam
barzakh tergantung kualitas amal ibadahnya dan dosa-dosa yang ia
lakukan.

2. Training outdoor dilakukan di padangMahsyar selama ribuan
tahun,dalam suasana kepanikan dan huru-hara yang luar biasa.Bapak,
ibu,anak dan saudara-saudara kita tak mampu menolong kita karena
setiap orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Bahkan para
nabipun tidak mampu menolong, kecuali nabi Muhammad SAW yang akan
menolong umatnya yang rajin bersholawat padanya.

MAU MELAMAR KE POSISI B ?
Mudah saja, hiduplah sesuka anda...

8 Jan 2011

Mau didoakan malaikat?

Inilah orang – orang yang didoakan oleh para malaikat :

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”.

(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)


2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’”

(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)


3. Orang – orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan”

(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)


4. Orang – orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang – orang yang menyambung shaf – shaf”

(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)


5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”.

(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)


6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia”

(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)


7. Orang – orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’”

(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)


8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’”

(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)


9. Orang – orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’”

(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)


10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang – orang yang sedang makan sahur”

(Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)


11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh”

(Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)

12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain”

(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)


Sumber: Syaikh Dr. Fadhl Ilahi (Orang – orang yang Didoakan Malaikat, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005)

6 Jan 2011

"Pemilik Kebesaran di Balik Kesederhanaan."


siapakah di antara kita yang pernah mendengar namanya sebelum ini?

bisa jadi, kebanyakan dari kita belum pernah mendengar namanya sama sekali, ia adalah salah satu dari sahabat Rasulallah yang di tokohkan, meskipun namanya tak setenar sahabat sahabat yang lain. ia adalah teladan dalam ketakwaan dan tak mau menonjolkan diri.

Sa'id tak pernah absen dalam setiap perjuangan dan jihad Rasullah saw yang juga merupakan suatu pola dasar kehidupan orang muslim karena tidak selayaknya bagi seorang muslim untuk tinggal berpangku tangan dan tak mengambil bagian dari setiap peristiwa yang di hadapi Rasulallah.
Sa'id memeluk Islam tak lama setelah pembebasan khaibar. sejak saat itu seluruh kehidupannya, segala wujud dan cita citanya di baktikan kepada Islam. jika kita ingin melihat kebesarannya, kita harus jeli dan cermat. ketika mata kita tertuju padanya di tengah keramaian, kita tidak akan mendapatkan suatu yang menarik, kita hanya akan mendapatkan seorang prajurit lusuh dengan rambut yang tidak terurus. pakaian dan penampilannya tidak beda dengan orang miskin lainnya.

kebesaran Sa'id lebih sejati dibandingkan hanya sekedar penampilan luar dan kemewahan, seperti mutiara dalam perut kerang, siapa yang tau jika ia tak membedah kerang tersebut?

ketika Khalifah Umar bin Khattab memecat Mu'awiyah dan jabatannya sebagai gubernur wilayah Syam, ia mencari cari penggantinya. metode yang di gunakan Khilafah sangat hati hati, karena ia yakin, ketika terjadi sesuatu, maka yang pertama kali di mintai pertanggung jawaban oleh Allah adalah beliau.

wilayah Syam sendiri merupakan wilayah yang sudah maju dan cukup luas, merupakan pusat perdagangan yang penting dan tempat untuk bersenang senang. Syam wilayah yang penuh dengan godaan.

tiba tiba Umar berseru, "aku sudah menemukannya! panggillah Sa'id bin 'Amir."
emudian Sa'id menghadap Khilafah, di tawari untuk menjadi gubernur Syam yang berpusat di Hims. tetapi Sa'id menolak, "jangan hadapkan aku dengan ujian yang berat, wahai Khilafah."

dengan nada keras Umar menjawab, "Demi Allah, kau tidak boleh menolak. kalian sudah meletakkan amanah dan tanggung jawab pemerintahan kepadaku, lalu setelah itu kalian meninggalkanku sendiri?"

Sa'id pun akhirnya menerima amanah itu. maka, berangkatlah ia menuju ke Hims, dengan di temani istrinya. keduanya masih pengantin baru semenjak kecil istrinya adalah wanita yang amat cantik.

Umar membekali mereka dengan harta yang cukup.

ketika keduanya sudah nyaman tinggal di Hims, sang istri bermaksud menggunakan harta yang diberikan Khilafah sebagai bekal mereka untuk membeli pakaian yang layak dan perlengkapan rumahtangga dan menyimpan sisanya.

Sa'id berkata, "maukah kamu aku tunjukkan yang lebih baik dari rencanamu itu? kita sekarang berada di suatu negri yang amat pesat perdagangannya, pasarnya sangat ramai. harta ini sebaiknya kita serahkan kepada seseorang untuk di jadikan modal dagang sehingga harta kita akan berkembang."
ang istri bertanya "bagaimana jika rugi?"
Sa'id menjawab, "aku akan sediakan jaminan."
"baiklah kalau begitu," kata sang istri menyetujui

kemudian Sa'id pergi membeli sebagian keperluan hidup dari jenis yang amat bersahaja. lalu uang lainnya dia bagi bagiakan kepada orang orang miskin yang membutuhkan.

hari hari pun berlalu. dari waktu ke waktu sang istri menanyakan perdagangan mereka dan sudah berapa keuntungannya.

Sa'id menjawab, "bisnisnya lancar, dan keuntungannya terus meningkat."

suatu hari, sang istri mengajukan pertanyaan serupa kepada seorang kerabat yang mengetahui permasalahan yang sebenarnya. laki laki itu tersenyum lalu tertawa, sehingga sang istri pun curiga. ia mendesak Sa'id untuk menceritakan yang sebenarnya.

Sa'id berkata, "semua harta kita aku sedekahkan."
wanita itupun menangis, ia menyesal karena ia tidak jadi membeli keperluannya dan harta itu pun tak tersisa.
Sa'id memandang istrinya yang sedang menangis. tetes air matanya yang membasahi pipi, menambah kecantikan wajah sang istri. sebelum ia terlena oleh kecantikan sang istri yang benar benar mempesona, ia mengalihkan pandangannya ke surga. di sana, rekan rekannya sudah menikmati apa yang tersedia di surga.

ia berkata, "rekan rekanku telah mendahuluiku menemui Allah. aku tidak ingin menyimpang dari jalan mereka, walaupun di tukar dengan dunia dan segala isinya,"

karena takut akan tergoda oleh kecantikan istrinya itu, maka ia berkata seolah olah di tunjukkan kepada dirinya yang sedang berhadapan dengan istrinya,

"dik, kau kan tahu bahwa di surga terdapat bidadari-bidadari cantik yang bermata jeli. andai saja dari mereka menampakkan wajahnya di muka bumi, maka akan terang-benderanglah seluruh bumi. cahayanya mengalahkan sinar matahari dan bulan. mengorbankan dirimu demi untuk mendapatkan mereka, tentu lebih utama daripada mengorbankan mereka demi untuk kemauanmu."

pembicaraan itu pun berakhir seperti saat sebelum di mulai; tenang penuh senyum dan kerelaan. sang istri sadar bahwa tiada yang lebih utama baginya kecuali mengikuti jalan yang ditempuh suaminya: zuhud dan ketakwaan.

*dikutip dari grup saling menasehati